Sabtu, 17 Mei 2008

A moment of the romance

Still remain untukmu Yulia


Sejenak ingin kumatikan sinar bulan
========================

Bila ingin lebih dalam
Memandangmu,
Lebih jernih dari air yang menetes ini
Lebih putih dari embun di pucuk bunga itu
Memikirkanmu,
Lebih panjang dari membentangkan jembatan melewati beberapa batas musim
Lebih jauh dari melesatkan cahaya melewati beberapa batas kuantum
Memandangmu,
Lebih nyata dari apa yang terlihat
Mengelupas apa yang terpasak pada pusat pikiranku
Memikirkanmu,
lebih jauh mencari pertautan
Dari dirimu kediriku
Kau memang terlahir untuk nyata



NAO FAZER IS TO NAO
Yang masih panjang di depanku adalah kau, dalam ruas-ruas jalan yang menyesatkan.
Yang masih jauh di depanku adalah kau, dalam lipatan-lipatan otak yang dalam.



Sekilas pandang
080403
Bila aku melihatmu
Aku melihat disitu
Segaris salju abadi
Bergaunkan langit biru
Bergariskan violet


070403 pkl 0030
Tidurlah dengan tenang,.
Dan biarkan dingin malam mesra melindungimu
Bila pagi tiba,
Dan butiran-butiran embun menguncupkan bunga-bunga
Maka biarkanlah sinar yang pertama menjernihkan matamu.



070403 pkl 00.35
Engkau bintang tetap tidur dihatiku
Diselimuti sepi diri
Semua dilindungi kelam dan kedinginan
Rinduku diujung jalan itu
Digenangi air adalah racun duka
Adalah wajahmu


Pada delima senyumu
080403 pkl 09.33
Pada delima senyumu adalah keceriaan
Yang merekah oleh embun sang fajar

Dulu ada seorang pengelana yang ingin membuktikan apakah benar pada binar-binar delima itu bermunculan mutiara keceriaan
Yang bisa direngkuh saat dia merekah.
Ia terpana, direngkuhnya semua
Dan ia binasa tertimbun dalam-dalam
Jasatnya tertanam dan tumbuh noktah hitam diatasnya

Adalah keceriaan pada delima senyumu, berbinar embun, adalah pesona menakutkan
Adalah senyum manismu



080403 pkl 10.05
Derei-derei keciriaan munguncup dihatiku
Pada wajah bermendung, dan gerimis menebal bulu mata
Adalah suka, hanya sekedar jumpa



Muncul dari air mata hering
090403 pkl 08.06
Bulu matamu padang ilalang
Ditengahnya adalah danau yang membiru
Aneh,
Bila malam tiba, dan sang malam menyelimutinya
Gemerlap bintang biisa aku rengkuh dari sana
Berbinar putih, berkerjap-kerjap perlahan
Bulu matamu padang ilalang
Di sela-selanya menngalir mata air
Gemericik jernih, adalah duka, adalah air mata



090403 pkl 08.34
Pada binar-binar pertama yang menggetarkan lira hati,
Kuakui sungguh,
Gemerlapnya membuatku bersujud memuja keindahan,
Berbingkai kebiiruan langit,
Berhiaskan karamel mega-mega,
Pada pandangan peertama



Seberapa dalam cemburu
140403 pkl 11.42
Dalam pada cemburu yang menjemukan
Telah kutarik diriku menghindar
Dengan bara, adalah luka dihati
Dan dia yang mencibir, diujung pentas itu,
Makin congkak dengan gaun istimewanya

Dulu, dalam panggung itu kami bertemu
Saling beradu peran, dan aku hanyut
Dalam pertentangan yang menjemukan
Dan aku terkapar oleh keterpurukanku

Dalam pada cemburu yang menghanyutkan
Aku telah bosan, oleh luka, adalah duka
Ketika ribuan pesan telah menjemukan kita



150403 pkl 00.52
Kutiupkan mimpi malam ini
Kutiupkan mimpi bersama segumpal awan tebal
Sebuah taman kecil, rerumputan bunga-bunga
Sebuah bangku kayu tua, burung-burung gereja
Dan langit yang membiru tanpa batas
Kabut tipis yang kerap kali merayap
Menyapa dada-dada tua yangg menghabiskan
Masa bersama kedamaian dunia dan cinta
Dilembah menghijau hamparan teh tua.

Kau tentu saja ada di sana sedang mengawasi cucu
Yang mengayuh sepeda roda tiga


Suatu pagi disebuah puisi
150403 pkl 06.15
Kenapa kau sanggup berbohong padaku melati kecil?
Kau masih saja tersenyum dari situ, sedang hari masih pagi, dan mentari entah dimana.
Kuterka gerimis tak akan gugur.
Kau masih saja tersenyum meski hari makin panas,
Dan angin, kotor, meniupkan aroma ereal kemarau,
Yang tak henti-hentinya menerbangkan sisa-sisa unggun api
Yang terbakar semalam



Suatu pagi disebuah puisi 2
(prambanan suatu pagi)
2300403
Dan jika kumpulan gereja mencicit
Saat embun menetes dari gaun bunga-bunga
Kupu-kupu kecilku, kepakanlah sayap meninggi
Meninggi mencari sinar pagi
Dan saat angin mendesah

Membuang sisa-sisa pengap malam
Adalah alunan sebait puisi
Saat angin membawa "SELAMAT PAGI" dari seberang sana



Gerimis awal Mei
010503 pkl 14.33

(1)
Kulipat gerimis dimataku
Saat angin terasa sesak
Dan udara berkeringat menggiatkan lesu
Kaos kaki semakin busuk!!!
(2)
Dari samping suara Lois Amstrong menggema
Benar-benar membuat sesak disiang bolong begini
(3)
Ada kupu-kupu hinggap dihatiku
Ada yang telah selesai aku baca
(4)
Apa?! Kau masih disana dengan undangan-undangan palsu itu?!
Kau masih disana menyantap santap siang dari mulut penyanyi ndower yang senantiasa menebar senyum-senyum simpul yang memabukkan itu?
(5)
Hei, disini lebih asyik
Ada capung bermain layang-layang
Ada camar-camar yang bermain lempar gerimis
Ada daun kering yang meranggas
Ada melati yang menekuk lehernya, malu
Ada kolibri-kolibri kecil yang sibuk menulis puisi direranting ceri
Ada juga aku, tentu saja disini juga ada......, ah tidak!!!kau tidak ada di sini, tetapi ada.



Mengusir matahari

Gila,
Sungguh gila, matahari kau suruh cepat berlari sehingga malam cepat menyusulnya
Agar panas yang membuat beringas ini cepat enyah dan berganti dengan kesejukan malam
Agar letupan-letupan keringat yang menjengahkan ini cepat berganti dengan gigil kedinginan
Agar bara yang kau pegang itu, cepat padam oleh dinginnya malam
Agar kau bisa cepat terlelap bukan terus tercengang
Gila,
Sungguh gila, dari persembunyianmu diketiak-ketiak bumi; kau berteriak-teriak mengusir matahari



Rhythm of the rain
040503 pkl 17.03

Sore berselimutkan hujan
dan senja bersembunyi dibelakangnya
Sehingga aku tidak bisa mencurinya
Untuk kuhadiahkan padamu yulia



30menit21detik
110503 pkl 24.20

Ingin kutulis puisi ini hanya untukmu yulia
Kala malam kelam
Dan sepi entah kemana
Hanya kepulan rokok dan kopi yang sudah mulai dingin
Adalah kepekatan, hanyalah rindu
Pada seraut wajah, adalah wajahmu
Ingin kutulis puisi ini hanya untukmu
Kala mimpi membalut
Saat dingin menari dan lengang entah dimana
Hanya doa serta pengharapan dari hati yang tulus
Adalah ungkapan jiwa, hanyalah ketulusan pada tekat
Bahwa aku,
Sangat mencintaimu



stansa hijau pagi ini
130503 pkl 08.27
Didasar stansa kau datang
Tersenyum bersama pagi (ada rumput yang menghijau di sana, sederet ilalang meliuk dimatamu dan flamboyan rebah di bibirmu)

Didasar stansa kau datang
Berkilau bersama embun (ada melati di senyummu, dan sapire-sapire bertaburan dari sana menimbuni bongkahan-bongkahan cadasku yang basah oleh malam)

Pada stansa pagi kau datang
Hanya sebentar, kau memandangku
Lalu pergi bersama panas
Lalu menguap bersama pengap
Lalu hilang bersama terik



130503 pkl 08.15

Hampir setiap saat kau getarkan dawai-dawai indah ini
Kau ciptakan sympony pagi yang ramai
Oleh cericit manyar-manyar muda
Gesekan menyeret dari angin awal kemarau yang parau menggesek reranting kering
Denging kumbang-kumbang berebut madu kuncup-kuncup bunga
Penari-penari kecil, dengan gaun dan sayap beraneka warna
Sederetan capung layang-layang
Cericit belalang tua
Nyanyian kutilang
Ada juga pelangi, kau bentangkan disana,,
Sedemikian indahnya sympony ini
Hingga membuatku malu untuk memberikan sepotong senja yang kucuri kemarin dari sudut kota



Hadiah untukmu Yulia
180503 pkl 08.02

Seperti Sapadhi, aku juga ingin kirimkan padamu Yulia, sebingkai lukisan
Bulevar Gors Mirabeau yang dipagari pohon-pohon tua simetris, dihiasi air mancur Fontaine Dela Rotande yang berdiri kokoh
Deretan kedai kopi dan galeri-galeri seni dengan bentangan karpet kota Aix yang berbinar ungu ladang-ladang lavender
Tepat dipojoknya, seorang gadis kecil bergaun prancis menawarkan bunga kepadamu
Kau tentu saja tidak ada di sana, tapi suatu saat pasti ada



Still remain
Bila saja senja kemarin akan datang pada lusa saat kau dan harapku berada di sana
Dalam suasana dan wajah yang aku harap
Alangkah indah
Alangkah egois


Sengaja kutulis ini dengan tinta biru, agar gerimis yang panas ini berubah menjadi kesejukan

010503 pkl 13.59
Gerimis ini bukan yang terakhir
Aku masih diam saat pecahan kaca itu tiba-tiba terlontar dan nancap dimukaku
Darah tentu saja mengucur dari sana
Tersapu girimis akhir musim yang menjadikannya ngilu dan perih
Diujung jalan itu kau berdiri
Dalam genangan air, terlintas begitu saja
Lukaku masih mengucur meski gerimis terus membasuhnya dengan dingin yang mengilukan
Aku, tentu saja tidak merasa apa-apa karena luka ini toh terjadi dengan sendirinya
Dan kau, tolong jangan tambah lukaku dengan pisau tatapamu yang menyayat
Dan aku akan tersenyum
Dan aku makin sakit dalam tersenyum



Bila senja menjelang
250603 pkl 15.05

Bila mungkin hari-hariku sepi dari untaian kata-kata, entah karena terlalu hanyut dalam kegembiraan atau malah terlelap dalam kesedihan, itu tak akan menyurutkan rasa percayaku kepadamu, karena memang kau tercipta untuk ada


Tidak ada komentar: